Oleh: Irwan Dwi Kustanto
Keranda itu menangis lirih
Menanti bayang tuannya
Masuk dan berbaring
Untuk menua, menyimpan mimpi yang belum rampung
Keranda itu merintih pelan
Menunggu tubuh tuannya
Beristirahat disela dukanya, menggigil
Senyap, dalam kerinduan
Untuk menyepi dibalik ilalang
Menyimpan semua kenangan
Dalam satu helaan takdir yang ingin ditepisnya
Keranda itu meratap sendu
Mencari goresan nisan tuannya
Pada batu hitam
Pada bunga-bunga kamboja
Pada tanah basah
Dan pada malam-malam yang rembulannya dimakamkan
Abstrak

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar