Oleh: Irwan Dwi Kustanto
Serumpun bambu saling menyapa saat tertiup angin
Menggelitik ruas-ruas kabarmu
Entah tertidur berapa abad
Tertanya oleh sepi yang menyelinap
Aku bertanya
Apakah ada suaraku tertinggal didaunmu ?
Kutahu terlalu malam untuk berbincang
Sekedar kau hadir
Untuk meletakkan setetes embun pada rantingnya
Tak jua diberi sempat mengenangkan
Pada rambutmu
Pada lirik-lirik yang tergores dijemarimu
Pada alis mata
Pada air mata
Dan pada kesenyapan yang tercipta atas pergimu
Rumpun bambu belum terlalu rindu
Untuk menjelmakan bayangan masa lalu
Asal bukit mendaki lukanya
Asal ngarai menumpahkan risaunya
Pun telah terpanggil jiwa yang merindui
Akankah tenggelam rembulan disungai malam
Untuk menorehkan rasa
Entah dimuka atau didada
Semuanya berbilang, bertegun dan akhirnya kering.
Abstrak

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar