Abstrak

Abstrak

Rabu, Januari 21, 2009

CERMIN

Oleh: Irwan Dwi Kustanto

Seorang pemuda bercermin pada suatu malam
Betapa terperanjat dia, katanya, aku tak percaya, ini mimpi
Wajahku, mengapa
Desktop, inbox, taskbar, pipiku ?
Keybord, mouse, mengapa melepaskan diri dari tahi lalat ?
Mencari kursor yang lepas menderita karena mata kirinya buta
Aku mencari apa ? Daguku ?

Oh, kacamata, kulepas, mungkin
Dalam cermin bergemeretak
Memanggil-manggil sukmanya yang lepas, tarikan nafas?
Tiba-tiba, berkelip lilin
Pesta valentine, bercucuran air mata
Akukah itu ?
Mengapa dahi ini dipenuhi angka-angka liar ?
Lembar demi lembar, harapan, kehilangan menjadi gigi
Teriaklah dia,
Wajahku berubah menjadi pabrik...

Oh tidak, mungkin aku lupa mencuci muka
5 menit kemudian,
Sepi
Cermin memeluknya dalam-dalam
Ada sapuan kuas yang dirasakannya menyapa
Aku menipumu, bisiknya lirih
Perlahan pemuda sedikit berani melepaskan topengnya
Ha, ha, ha,…
Ya, ternyata aku tampan, tetapi…
Tidak, tidak, tidak…
Di lepasnya telinga, mata dan hidungnya, bukan ini
Telingaku bukan inflasi
Mataku bukan deretan suku bunga
Dan hidungku mengapa? menjadi grafis statistika ?

Pemuda tenggelam, dipejamkannya kedua kekasihnya
Kini ia bercermin pada air matanya
Dilihatnya kemilau bola matanya, indah
Berbinar, sentuhan simphoni 27, ini laguku
Partitur-partiturnya sungguh kukenali, hingga lekuk keningku
Oh... Ternyata aku sebuah bingkai
Dimana cinta bermula dan berwujud

Tidak ada komentar: