Abstrak

Abstrak

Senin, Juni 29, 2009

Rangkaian Nada Dan Lirik Indah Iringi Langkah Menuju Seribu Buku Untuk tunanetra

HTML clipboard

Yogyakarta 27/8. Yayasan Mitra Netra (YMN) bersama dengan Voice of Human Rights (VHR) dan Perkumpulan Seni Indonesia (PSI) meluncurkan CD Album Musikalisasi Puisi Angin Pun Berbisik, bertempat di gedung Sositeit, Yogyakarta. Puisi-puisi indah yang diambil dari kumpulan sajak cinta Angin Pun Berbisik karya seorang tunanetra Irwan Dwi Kustanto telah menyatu bersam a nada-nada indah, mengiringi langkah menuju terwujudnya akses literasi bagi mereka yang punya hambatan penglihatan melalui Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra. Hasil penjualan CD musikalisasi puisi yang dilakukan secara independen ini akan digunakan untuk membiayai produksi dan distribusi buku untuk tunanetra di Indonesia.

"Ku ingin engkau ada
Malam ini
Bersamamu
Menatap purnama
Aku dan engkau
Basah dalam lebur cahayanya
Hingga tersaput mega-mega"...

Lirik indah ini adalah penggalan bait dari salah satu lagu dalam CD album musikalisasi puisi Angin Pun Berbisik berjudul Ku Ingin, yang dilantunkan oleh Drew, kelompok musisi muda yang sedang menanjak namanya.

Acara yang berlangsung dari sore hingga malam hari ini diawali dengan diskusi sastra bertajuk "Puisi Sebagai Media Komunikasi", yang menghadirkan pembicara dari beberapa kalangan seperti guru besar Fakultas Sastra UGM Bakdi Sumanto, Irwan Dwi Kustanto penulis antologi Angin Pun Berbisik, serta Endah Dan Rhesa, sepasang musisi muda dari Jakarta yang memproduseri CD musikalisasi puisi Angin Pun Berbisik.

Seusai diskusi, acara dilanjutkan dengan pentas seni, menampilkan beberapa seniman yang mengkontribusikan karyanya pada album musikalisasi puisi Angin Pun Berbisik seperti Dodi & Riko - seniman tunanetra, Endah & Rhesa - sang produser, serta Jodhi Yudono. Pembacaan beberapa puisi yang dipilih dari antologi Angin Pun Berbisik juga mewarnai malam amal ini, menampilkan Wali Kota Yogyakarta..., Landung Simatupang serta Dorothea Rosa - dua penyair yang namanya sangat dikenal di Yogyakarta. Sedangkan, peluncuran ditandai dengan penyerahan CD musikalisasi puisi tersebut dari sang produser muda Endah & Rhesa kepada Irwan Dwi Kustanto, yang kemudian menyerahkannya kepada beberapa tamu undangan kehormatan.

Pentas kesenian di kawasan Taman Budaya Yogyakarta ini juga dimeriahkan oleh penampilan Letto; grup band yang lahir di kota Gudeg ini turut mempersembahkan karya yang dicuplik dari kumpulan puisi Angin Pun Ber bisik, dan ditutup dengan "nonton film bareng tunanetra", menayangkan film Naga Bonar Jadi 2 yang telah diadaptasi dengan menambahkan narasi pada adegan-adegan tanpa dialog, sehingga dapat dinikmati oleh mereka yang punya hambatan penglihatan.

"Ketika puisi, musik, dan kepedulian kita berbagi melebur dalam gelora hati untuk mewujudkan percepatan ketersediaan literasi bagi tunanetra di Indonesia, semuanya terasa begitu mudah, ramah dan juga indah", tutur Irwan, sang penyair.

Lantunan lirik dan nada indah bertajuk Angin Pun Berbisik adalah persembahan Mitra Netra beserta para sahabat, yang memimpikan terbukanya jendela informasi lebih lebar bagi sebagian anak bangsa, para tunanetra. Melalui Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra, Mitra Netra telah menyatukan energi yang ada di masyarakat, demi terwujudnya "literasi untuk semua".

Tentang Seribu Buku Untuk Tunanetra.

Mitra Netra, sebuah organisasi nir laba yang memusatkan kegiatannya pada peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan lapangan kerja. Adalah satu dari sangat sedikit "penerbit" buku untuk tunanetra di negeri ini. Lembaga yang didirikan sejak tahun 1991 di Jakarta ini, secara konsisten telah menjadikan dirinya sebagai satu-satunya lembaga, yang secara kreatif dan inovatif mengembangkan strategi, untuk mempermudah tunanetra mendapatkan akses ke dunia literasi.

Gerakan "Seribu Buku Untuk Tunanetra" adalah salah satunya. Berawal dari keprihatinan yang mendalam atas minimnya ketersediaan buku untuk tunanetra di Indonesia, yang sangat tidak sebanding dengan pesatnya perkembangan dunia literasi dewasa ini, melalui gerakan ini, Mitra Netra mengundang masyarakat luas berpartisipasi, untuk mempercepat akses tunanetra ke dunia literasi.

Bertajuk gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra yang diluncurkan pada tanggal 30 Januari 2006, Mitra Netra mengundang penerbit dan penulis bekerja sama, dengan meminjamkan soft file buku yang mereka terbitkan. Sedangkan, kepada masyarakat luas, Mitra Netra mengundang untuk menjadi relawan, dengan membantu mengetik ulang buku-buku popular. Semua file buku baik dari penerbit, penulis maupun relawan, akan diolah menjadi file berformat Braille oleh Mitra Netra, dengan menggunakan perangkat lunak Mitranetra Braille Converter (MBC), untuk kemudian dicetak menjadi buku Braille dengan mesin Braille embosser.

Agar buku-buku tersebut dapat dinikmati oleh tunanetra di seluruh Indonesia, Mitra Netra kemudian mendistribusikannya melalui layanan perpustakaan Braille on line yang dikelolanya, www.kebi.or.id (KEBI singkatan dari Komunitas E-Braille Indonesia), yang beranggotakan para produser buku Braille di Indonesia.

Dengan partisipasi masyarakat melalui gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra, Mitra Netra telah berhasil memangkas sebagian besar waktu dan biaya yang dibutuhkan guna memproduksi buku Braille - kurang lebih 80 %. Ini juga berdampak pada makin cepatnya tunanetra mendapatkan buku. Dalam waktu lebih dari dua tahun sejak diluncurkan di tahun 2006, Seribu Buku Untuk Tunanetra telah berhasil menghimpun 1050 file buku, baik dari relawan, penerbit dan penulis,-- 80% di antaranya kontribusi relawan --, yang secara bertahap sedang diolah menjadi buku Braille.

Melalui gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra, Mitra Netra juga bermaksud mendorong Pemerintah, agar nantinya dapat melahirkan kebijakan, yang memenuhi kebutuhan khusus tunanetra di bidang literasi.

Jika membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Aria Indrawati (Kabag Humas Yayasan Mitra Netra
0815-11-478-478),Miranda(panitia)0819-1789782).

Dikutip dari: http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/siaran-pers/message/809

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kenapa tdak ada teks ya' ?